ADA tiga medium yang
menonjol pada praktik seni jalanan: mural yang dekat dengan teknik lukis
realis dan membutuhkan logistik cukup besar; graffiti yang banyak
bersandar pada karakter aksara (kaligrafi) dan piktogram yang lebih
sederhana secara teknis; dan seni stensil (menggunakan bingkai cetak,
alias mould) yang dari segi kerumitan berada di antara ke dua medium sebelumnya. demikian Rusel Howse mengungkapkan dalam bukunya Stencilnation.
Apakah itu stencil art?
Mural lebih memberi peluang pada mereka yang sudah memiliki kemampuan
lukis dan logistik yang cukup kompleks (termasuk seniman akademis yang
bermaksud keluar dari batasan sistem seni yang berlaku), sementara
graffiti sama sekali meninggalkan gambar dan mencukupi diri dengan men-tag kode-kode
atau aksara untuk menyatakan kehadiran diri di sepotong ruang kota.
Stensil, di satu sisi tetap mempertahankan kemungkinan me-(re)-produksi
gambar (imaji) tanpa mensyaratkan kemampuan (akademis) yang kompleks dan
di sisi lain menanggapi kebutuhan akan fleksibilitas gerak yang
diperlukan dalam praktik “gerilya visual”. Russel Howze menganggap
stensil sebagai medium perantara, di tengah graffiti dan mural. Stensil
dapat direproduksi dengan cepat ke sejumlah tempat, atau disusun
repetitif untuk memenuhi bidang yang luas di satu tempat. Jadi, seni
stensil menawarkan kompleksitas tapi juga keleluasaan gerak kepada para
praktisinya. Dalam perkembangannya, stensil telah menjadi sebuah medium
“seni rupa bawah” (baca: low brow) yang berkembang cepat dengan bantuan internet. Metoda visualnya juga telah dipungut oleh seniman berlatar akademis.
Graffiti
dan mural berkembang di perkotaan selama ini merupakan medium dimana
aktivitas gerkan seni turun langsung ke ruang publik dimulai di wilayah
perkotaan. Ruang kota menjadi semacam medium untuk memperlihatkan seni
secara langsung pada publik. Mural dan graffiti bersifat sekali kerja
tanpa dapat membuat repetisi atas visual yang sebelumnya. Tehnik ini
memperlihatkan kelemahan bagaimana memunculkan visual yang provokatif
diberbagai tempat. Khususnya ruang kota yang terlihat dinding kosong
yang dapat dipakai untuk membuat provokasi jalanan hingga mempengaruhi
publik kota.
Mengenai
ruang di perkotaan, Henri Lefebvre mengungkapkan masyarakat menjadi
semakin kompleks dengan transisi dari pedesaan ke industri dan dari
industri ke perkotaan. Kompleksitas segi ini mempengaruhi ruang serta
waktu, untuk kompleksitas ruang dan benda yang menempati ruang yang
tidak dapat terjadi tanpa kompleksitas waktu dan aktivitas yang terjadi
dari waktu ke waktu.
Kota
urban yang kompleks mempengaruhi perkembangan penduduknya dimana
aktivitas sehari-hari merupakan perubahan sosial yang menarik secara
ruang. Bagaimana masyarakat mempunyai interaksi langsung dengan ruang
publik, dimana kapasitas sebagai penikmat jalanan kota menjadi subyek
atas proses perkembangan urban yang berlangsung. Perspektif inilah divergence, ditampilkan menjadi dasar aktivitas stencil art ini.
Melihat
estetika secara langsung melalui aktivitas kota dengan ruang per ruang
sebagai cara melihat berulang untuk membuat suatu pengertian tentang
kota. Bagaimana membuat perspektif secara langsung terhadap proses stencil yang
dikerjakan dengan medium dinding kota. Sehingga dapat menafsir
bagaimana perspektif estetika yang luas melalui dinding kota terhadap
gerakan seni semacam ini. Ruang serta waktu dalam kota selalu bergerak
dinamis mengalami perubahan setiap saat. Pengaruh provokasi sosial
terhadap apa yang tersaji dalam ruang kota adalah membuat adaptasi
secara langsung bagaimana pergerakan waktu terdeteksi secara sadar dalam
ruang kota tersebut.
Kondisi
interaktif selalu dijumpai di permukaan kota secara langsung malelui
kejadian atau peristiwa secara simultan. disinilah stencil dengan nilai
repetitif nya mengisi ruang kota ikut membentuk reaktansi sosial dalam
mengenal budaya baru kota urban. Kemungkinan ditemukan estetika secara
obeyktif setelah interaksi terjadi merupakan proses adaptasi. Produksi
budaya repetitif perkotaan mewakili bagaimana stencil menjadi pilihan
untuk memperlihatkan kota menjadi sesuatu yang lain untuk diperlihatkan
secara fundamental. Khususnya dalam menyikapi ruang.
Hal
yang paling menakjubkan tentang seni stensil adalah cara ini jenis seni
berinteraksi langsung dengan publik, dan menggunakan stensil pada itu
mendukung karya seni yang sama dapat ditampilkan di berbagai tempat pada
saat yang sama tanpa masalah. Inilah mengapa stensil menjadi pilihan
dalam aktivitas ini. Seni stensil telah merebak di berbagai kota di
belahan barat merepresentasikan bagaimana seni berhadapan langsung
dengan masyarakat.
Kota
urban sebagai lingkungan budaya kontemporer, mempunyai ruang terbuka,
aktivitas masyarakat yang terlibat dalam ruang itu mempunyai
kompleksitas. Kehadiran seni secara langsung di ruang- ruang itu
mempunyai daya provokatif untuk memberi kesadaran bahwa seni langsung
dapat dijumpai pada ruang terbuka kota.
Melalui pameran divergence, aktivitas
interaktif seni pada masyarakat menjadi tampilan utama bagaimana
gerakan visual dalam ruang terbuka kota menjadi representatsi atas
kehadiran ruang publik sebagai subyek masyarakat. Seniman yang
berpameran seperti B Toy, M-City dan Above mempunyai karakter tersendiri
dalam karya.
Seni
yang membuat kota mempunyai konteks dan sejarah dari jalanan memuat
peta dari perkotaan dikenal, hal inilah yang paling menentukan bagaimana
perjalanan sejarah kota dapat dilihat dari estetika seni yang
berkembang dari waktu ke waktu. Apa yang menjadi representasi dari
estetika seni suatu kota? Selain jalan-jalan kota juga bangunan yang
berdiri diatasnya. Sebab kota menjadi penuh sesak karena bangunan.
Alasan inilah yang mendasari bagaimana perkembangan kota mencari
identitas yang mempunyai harmoni dari sisi estetika.
keren
BalasHapus